Cerita ini saya dapatkan dari temen kampus saya saat main ke kos. Lokasi kejadian di perempatan terminal Giwangan Yogyakarta. Dia bercerita tentang pak tua, kira-kira usianya 70 th-an. Siang itu temen saya sedang nongkrong di salah satu warung tempat biasa dia nongkrong sambil menghitung motor yang lewat. Tiba-tiba ada seorang kakek-kakek namanya mbah Kopet (nama samaran, karena saya tidak tahu nama aslinya)lewat dengan mengayuh sepeda ontelnya , tubuhnya penuh peluh, tampak dari raut muka orang tua itu bahwa ia merasa keletihan. Teman saya pun hanya sekilas memandangi orang tua itu lalu berpaling mengarahkan pandangannya ke motor-motor yang lewat di depannya.
Siang itu udara memang terasa panas sekali, terik matahari terasa menyengat di kulit. Teman saya yang dari tadi asyik ngliatin motor di jalanan dikejutkan dengan suara teriakan keras ‘Aaaaaaggh’, ia pun langsung mencari tahu asal suara teriakan itu. Ternyata suara itu berasal dari orang tua yang baru saja ia lihat. Teman saya pun terkejut melihat apa yang tengah terjadi saat itu. Orang tua itu terseret oleh sebuah mobil cary bersama sepeda ontelnya. Uniknya orang tua itu terseret dengan posisi ia masih duduk manis di atas sedel sepedanya, sepedanya pun melaju berdampingan di sisi kanan mobil, karena stang sepedanya tersangkut di pintu mobil tersebut. Orang tua itu berusaha melepaskan stangnya namun usahanya sia-sia. Dia pun nampak panik setelah ia tahu bahwa ia akan menabrak batas jalan (ring road) yang ada di depannya.
Sesaat kemudian “GRRUBAAAK..!!!” orang tua itu pun terjatuh dan pingsan setelah menabrak pembatas jalan. Orang-orang pun langsung ramai mengerumuni tempat kejadian perkara. Tak terlewatkan polisi pun datang dan langsung memeriksa kondisi korban. Melihat kondisi korban (pak tua) tak sadarkan diri akhirnya polisi memutuskan untuk memanggil ambulance. Beberapa menit kemudian mobil ambulance pun datang dan langsung menggotong pak tua dengan tandu. Orang-orang merasa kasihan dengan pak tua itu, seraya berkata “malang sekali nasib kakek itu”. Semua yang ada di lokasi kejadian merasa iba melihat kondisi korban yang tangan, kaki dan mulutnya berdarah. Saat ia digotong dengan tandu beberapa orang pun ikut membantu petugas medis mengangkat dan memasukkannya ke dalam mobil ambulance.
Namun, pak tua terlebih dulu tersadar sebelum ia dimasukkan ke dalam mobil ambulance. Pak tua pun berontak polah nggak karuan gerak kesana kemari. Lho aku ki arep digowo nandi? (saya mau dibawa kemana?) “tanya kakek itu penasaran”. Wes menengo wae mbah, koe bar tibo, saiki meh digowo neng rumah sakit (sudah, simbah diam saja, kamu habis terjatuh, sekarang mau dibawa ke rumah sakit) “jawab seseorang yang ikut mengantar pak tua”. Moh…moh.. wegah… (tidak mau..tidak mau)“kata pak tua itu sambil berusaha turun dari tandu”. Koe ki malah arep nandi, ditulungi penak-penak og malah arep mlayu? (kamu tu mau kemana, ditolongin baik-baik kog malah ingin lari?)“tanya salah seorang pembawa tandu”. Lalu pak tua itu menjawab “SANDALKU NENDI? (sandalku mana?)”. orang-orang pun sontak langsung tertawa mendengar jawaban pak tua. Oalah mbah..mbah… orang kecelakaan bukannya ngurusin lukanya malah sibuk nyariin sandal, sandal jepit lagi, dasar mbah kopet.